Pukul 08.00 di pagi hari, saat menyalakan TV, kesasar ke sebuh stasiun TV swasta. Sebuah sinetron lawas yang popular di tahun 90-an disiarkan kembali. Ya, itu dia Si Doel Anak Sekolahan. Sinetron dengan cerita sederhana yang dibawakan oleh sang pentholan Benyamin Sueb, dan para anak asli Betawi. Bercerita tentang perjuangan Si Doel mendapatkan pekerjaan. Dibumbui dengan kisah cinta dan humor lucu Mas Karyo rahimahullah dan Mas Mandra. Aneh, tiba-tiba saja sinetron itu memindahkan pikiran saya ke masa silam.
Bermunculan sosok-sosok keluarga saya, berbaju ala tahun 1990-an tengah asyik menonton sinetron yang sama di ruang tamu, saat itu menyenangkan sekali melihat sinetron itu bersama kelaurga. Namun, sebagian anggota keluarga sudah pergi jauh dan tak kembali. Meninggalkan dunia fana ini, menuju alam kubur, alam di mana manusia menunggu Kiamat nanti dan ditentukan apakah ia mendapat nikmat atau siksa kubur. Kemudian setelah Kiamat tiba akan dibangkitkan dan digiring ke Padang Mahsyar untuk “menghadiri” pengadilan-Nya. Ya, pengadilan Sang Maha Pencipta. Allah.
Kenangan indah itu, secepat membuka buku ke halam selanjutnya, berubah menjadi kesedihan. Mengapa ? Satu demi satu, anggota keluarga dipanggil-Nya. Dimulai dari Bulek pertama (Bibi, istri adik Bapak). Kurang lebih kemudian, Bulek kedua (adik Bapak). Kurang lebih setahun lagi, anak kedua, Bulek Pertama. Dan terakhir Paklek pertama (Paman, adik Bapak, suami Bulek pertama).
Bulek pertama ini jago memasak. Spesialisasinya ialah masakan khas Jawa. Pokoknya enak. Yang membuatku terkenang akan dirinya adalah foto postingan Facebook dari teman. Di situ terpampang foto “Emping dan Tape Ketan”. Sangat nostalgia banget. Tiap Lebaran, pasti dia membuatnya. Sayang, beliau meninggal menu tersebut sudah menghilang. Dan siapkah di Lebaran 2018 ini yang akan membuatnya ???
Bulek kedua ini adalah orang yang paling sayang aku. Bahkan, menurutku melebihi Ibuku sendiri. Bayangkan saja, panas-panas jauh , beliau rela membelikan keperluan sekolahku. Dimanjanya pula aku dengan jajanan-jajanan enak. Bakso.Siomay, Sate, Ayam Goreng, dsb. Tapi adakah yang bisa menandinginya ? Bulek kedua inilah yang sangat-sangat kuingat jasanya. Bagiku ia, ibu keduaku. Beliau meninggal karena terkena penyakit otak semacam kanker atau tumor otak.
Anak kedua Bulek Pertama. Seingat saya beliau jago bikin makanan (mungkin genetic dari Ibunya). Dari Mie Ayam, Soto, wuiiih pokoke Top Markotop. Beliau meninggal karena terserang Leptospirosis, mati meninggalkan istri tanpa anak.
Terakhir, Pamanku. Beliau adalah mantan guru SD. Jadi, sewaktu mengeyam bangku SD, selalu saja aku bertanya beliau bila ada PR. Walaupun terkadang galak, yang kusuka dari dia adalah kesholehannya. Agamis dan selalu menjalankan sholat 5 waktu.
Salahkah mereka pergi meninggalkan yang hidup, melangkah jauh ke alam kubur ? Kehidupan tak mengambil apa pun dari kita. Seberapa banyak yang kita beri pada kehidupan, akan berbuah kebaikan dan kebajikan. Apa pun yang kita terima dan jadi siapa pun kita saat ini, hidup tetap harus disyukuri, karen kita terus berkesempatan member.
Kenangan member energy baru, setidaknya dalam memandang kehidupan yang tersisa. Seyogyanya hidup hanya “numpang minum”, selanjutnya pergi bukan ke tempat peristirahatan terakhir, tetapi “pindah Alam”. Kenangan tentang mereka tetap terpatri di hati. Kebaikannya untuk dicontoh. Keburukannya adalah masa lalu, untuk dibuang/dibakar dalam ruang/api ampunan dan maaf. Hening membatu, berdoa untuk kebaikan mereka.
Kenangan indah itu, secepat membuka buku ke halam selanjutnya, berubah menjadi kesedihan. Mengapa ? Satu demi satu, anggota keluarga dipanggil-Nya. Dimulai dari Bulek pertama (Bibi, istri adik Bapak). Kurang lebih kemudian, Bulek kedua (adik Bapak). Kurang lebih setahun lagi, anak kedua, Bulek Pertama. Dan terakhir Paklek pertama (Paman, adik Bapak, suami Bulek pertama).
Bulek pertama ini jago memasak. Spesialisasinya ialah masakan khas Jawa. Pokoknya enak. Yang membuatku terkenang akan dirinya adalah foto postingan Facebook dari teman. Di situ terpampang foto “Emping dan Tape Ketan”. Sangat nostalgia banget. Tiap Lebaran, pasti dia membuatnya. Sayang, beliau meninggal menu tersebut sudah menghilang. Dan siapkah di Lebaran 2018 ini yang akan membuatnya ???
Bulek kedua ini adalah orang yang paling sayang aku. Bahkan, menurutku melebihi Ibuku sendiri. Bayangkan saja, panas-panas jauh , beliau rela membelikan keperluan sekolahku. Dimanjanya pula aku dengan jajanan-jajanan enak. Bakso.Siomay, Sate, Ayam Goreng, dsb. Tapi adakah yang bisa menandinginya ? Bulek kedua inilah yang sangat-sangat kuingat jasanya. Bagiku ia, ibu keduaku. Beliau meninggal karena terkena penyakit otak semacam kanker atau tumor otak.
Anak kedua Bulek Pertama. Seingat saya beliau jago bikin makanan (mungkin genetic dari Ibunya). Dari Mie Ayam, Soto, wuiiih pokoke Top Markotop. Beliau meninggal karena terserang Leptospirosis, mati meninggalkan istri tanpa anak.
Terakhir, Pamanku. Beliau adalah mantan guru SD. Jadi, sewaktu mengeyam bangku SD, selalu saja aku bertanya beliau bila ada PR. Walaupun terkadang galak, yang kusuka dari dia adalah kesholehannya. Agamis dan selalu menjalankan sholat 5 waktu.
Salahkah mereka pergi meninggalkan yang hidup, melangkah jauh ke alam kubur ? Kehidupan tak mengambil apa pun dari kita. Seberapa banyak yang kita beri pada kehidupan, akan berbuah kebaikan dan kebajikan. Apa pun yang kita terima dan jadi siapa pun kita saat ini, hidup tetap harus disyukuri, karen kita terus berkesempatan member.
Kenangan member energy baru, setidaknya dalam memandang kehidupan yang tersisa. Seyogyanya hidup hanya “numpang minum”, selanjutnya pergi bukan ke tempat peristirahatan terakhir, tetapi “pindah Alam”. Kenangan tentang mereka tetap terpatri di hati. Kebaikannya untuk dicontoh. Keburukannya adalah masa lalu, untuk dibuang/dibakar dalam ruang/api ampunan dan maaf. Hening membatu, berdoa untuk kebaikan mereka.
No comments:
Post a Comment