Golden Rice : Vitamin A dalam Butiran Beras - Pakdhe Heru

Tuesday, January 30, 2018

Golden Rice : Vitamin A dalam Butiran Beras

Sekitar 100-140 juta anak di dunia menderita defisiensi Vitamin A. Kebutaan, cacar air, diare, sakit pernafasan mengancam mereka. Petaka semacam itu bisa terjadi di Negara berkembang seperti Indonesia.

Vitamin A diperoleh dari sumber alami seperti daging, telur, sayuran, dan buah terutama yang berwarna kuning. Wortel kerap menjadi andalam sumber Beta-Karoten, senyawa yang akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A. Sayang, tak semua keluarga di dunia ini sanggup mengonsumsinya setiap hari. Atau sebab lain seperti terbatasnya pengetahuan tentang Vitamin A, terlalu matang saat memasak wortle sehingga Beta-Karoten rusak, akibatnya asupan Vitamin A ke dalam tubuh pun berkurang.

Sebab lainnya, penambahan asupan Vitamin A secara oral juga mengalami beberpa kendala. Maka dicarilah sumber pangan yang paling banyak dikonsumsi di dunia ini, terutama di Asia yaitu beras. Maka terciptalah padi generasi baru yaitu Golden Rice.

Golden Rice

Dr. Ingo Potrykus dari Swiss Institut Teknologi Federal di Zurich (ahli transfer genetika tanaman) bekerja sama dengan Dr. Peter Beyer dari University of Freiburg di German mencetak Golden Rice alias padi emas, padi yang bisa memenuhi kebutuhan vitamin A dalam tubuh. Hasil penemuan mereka ini dipublikasikan dalam majalah Science tahun 2000.


Padi emas ini disisipi gen bunga daffodil. Oleh sebab itu bis menghasilkan  Beta-karoten, precursor (bentuk awal) Vitamin A pada endosperma. Endosperma padi adalah bagian padi yang kita konsumsi.

Dalam biji terdapat geranyl geranyl diphospate (GGDP), bahan dasar untuk biosintesa karotenoid termasuk beta karoten. Ada sejumlah proses untuk mengubah beta karoten menjadi vitamin A. Dari bahan dasar (geranyl geranyl diphospate) menjadi phytoene kemudian lycopene lantas beta karoten, produk akhirnya berupa vitamin A.

Karena adanya penghambat kerja enzim phytoene synthase (PHY), senyawa yang mengubah GGDP menjadi phtyoene, maka dibutuhkan gen PHY yang diambil dari tanaman daffodil (Narcissus). Oleh sebab itu tanpa adanya gen dari bunga daffodil, vitamin A tidak akan terbentuk pada bulir padi.

Daffodil

Bila  sahabat pembaca sekalian  mengingat kembali bagaimana asal mula kata Narsisisme yang telah diceritakan dalam blog Pakdhe Heru ini, maka pasti akan ingat nasib tragis dari  Narcissus yang berubah menjadi bunga daffodil (Narcissus). Nah, bunga inilah yang digunakan dalam proses pembuatan Golden Rice.


Daffodil merupakan bunga berumbi macam tulip, berwarna kuning, bentuknya seperti corong dan tumbuh di kawasan dingin. Bunga ini tampak semakin indah ketika tumbuh dalam hamparan. Keindahan bunga ini bahkan menginspirasi James Harriot, hingga menghasilkan novel “If Only They Can Talk” yang menceritakan keindahan Desa Endensor dengan bunga daffodil yang tumbuh di mana-mana.

Perakitan Golden Rice

Rekayasa genetika menjadi jawaban untuk melakukan bongkar pasang susunan makhluk hidup melalui gen-gen yang menyusunnya. Perakitan ini bisa dilakukan pada tanaman yang jauh hubungan kekerabatannya. Bahkan, secara teori, penggabungan sifat antara binatang dan tumbuhan pun bisa dilakukan.

Proses pembuatan Golden Rice tidak bisa langsung, tapi dibutuhkan perantara bakteri yang disebut Agrobacterium sehingga gen daffodil sukses terintroduksi ke padi. Untuk mempermudah pehamaman, coba kita analogikan tatkala mengirim surat ke sanak famili.




Surat yang kita tulis akan menyampaikan pesan untuk membuat gen PHY. Pertama, gen diisolasi dari bunga daffodil dan bakteri yang dinamai Erwinia. Bayangkan gen sebagai surat yang berisi pesan-pesan Anda. Surat lalu dimasukkan ke dalam amplop yang dinamakan plasmid. Surat dalam amplop ini diantar oleh Agrobacterium sebagai Kurir atau Pak Posnya. Oleh Pak Pos, surat ini diletakkan dalam kotak surat berupa embrio padi. Maka, pesan pun sampai ke penerimanya. Benih padi yang akan ditanam nantinya akan menjadi Golden Rice.


 Kontra

Tidak semua kalangan menyetujui keberadaan Golden Rice. Setidaknya ada 3 alasan :

1.      Varietas baru yang diperkenalkan bagaikan lingkaran setan yang menimbulkan ketergantungan petani pada produsen benih. Sebut saja benih padi yang harus dibeli pada perusahaan tertentu, berikut pupuk dan pestisidanya.

2.      Untuk melepas varietas tanaman diperlukan serangkaian uji coba terutama uji multilokasi yang harus dijalankan secara lengkap. Hasilnya harus transparan tanpa adanya rekayasa data sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

3.      Dikhawatirkan adanya crossgenetix (perkawinan silang) dengan tanaman lain yang berakibat munculnya hama baru atau resistensi hama dan penyakit tanaman.



No comments:

Post a Comment