Rahasia Tendangan Pisang - Pakdhe Heru

Saturday, February 24, 2018

Rahasia Tendangan Pisang

Tahun 1970 adalah zaman keemasan pesepak bola asal Brazil yaitu Pele dengan sepatu Puma King. Dekade ini menjadi awal mula pabrik sepatu mensponsori pemain. Setiap pemain dibayar dan harus memakasi satu merek sepatu. Perkembangan desain sepatu bola juga mulai berkembang, bobot semakin ringan, warna semakin beragam, termasuk pertama kali warna sepatu bola yang seluruhnya putih.

Copa Mundial muncul di tahun 1979. Sepatu produksi Adidas ini terbukti sangat laris. Bahannya saja dari kulit kangguru, sehingga lebih cepat dan lincah. Meskipun adidas dominan memimpin pasar, beberapa produsen sepatu bola tetap bersaing memperebutkan pasar termasuk munculnya merek baru Diadora (1977) yang dibuat oleh seorang pembuat sepatu asal Italia.



Perkembangan yang cukup besar dalam teknologi sepatu bola terjadi saat seorang pemain bola turun  tangan mendesainnya. Craig Johnson- mantan pesepakbola di tahun ’80-an – merancang sepatu bola yang kemudian diproduksi oleh Adidas tahun 1990 (tepatnya keluar 1994). Namanya cukup garang : Predator. Kelebihan sepatu ini adalah traksi (gaya tarik/cengkeraman) antara sepatu dengan bola-juga antara sepatu dengan lapangan sangat baik.


Tak hanya itu, Predator juga memiliki Sweet Spot alias bagian sepatu yang bisa membuat bola melengkung ketika ditendang melambung di udara (yang kemudian dikenal dengan sebutan tendangan pisang). Industri sepatu bola semakin diramaikan di decade 1980-an oleh munculnya merek baru : Umbro dari Inggris (1985), Lotto dari Italia (1982), dan Kelme dari Spanyol (1982).



Menghadapi serbuan para “pemain baru”, Adidas tidak tinggal diam. Pada tahun 1994, Predator mengalami pengembangan terutama pada stud yang tidak berwujud paku-paku lagi. Sol sepatu juga dibuat lebih fleksibel, dengan bahan polimer. Kemudian stud dibentuk langsung dari sol berupa bilah seperti pisau. Desain ini membuat pergerakan pemain menjadi lebih stabil.



Tahun 1995 Adidas mengeluarkan teknologi stud seperti pisau dan meruncing ujungnya ini. Tak kalah dari saudaranya, setahun kemudian Puma mengenalkan Puma Cell Technology, yaitu sepatu yang nirbusa (foam free).

Perkembangan  yang mencolok adalah ketika Nike – yang awalnya memproduksi sepatu lari – mengeluarkan sepatu bola Nike Mercurial (1998) yang beratnya hanya 200 g.

2 comments: