Sunday, January 28, 2018

Cara Bertahan Hidup di Tengah Laut

Siapa pun tentu tak pernah berharap menjadi korban kapal tenggelam. Sungguh tersayat rasa kemanusiaan kita setiap kali mendengar musibah itu. Sulit ditakar berapa dalamnya kesedihan dan kepedihan hati mereka yang ditinggalkan oleh para korban yang meninggal maupun hilang tanpa diketahui nasibnya.
 

Datangnya kebahagiaan  itu, saat korban musibah kembali dengan selamat.  Mereka tak putusnya mengucapkan  syukur. Sudah pasti, rasa syukur tak terkira juga memenuhi dada setiap korban yang selamat. Namun, pertanyaannya  bagaimana mereka mampu bertahan hidup tanpa air minum dan makanan yang memadai selama berhari-hari ?

Menjauhi kapal yang akan tenggelam
Langkah pertama bila berhasil keluar dari kapal yang akan tenggelam, entah naik rakit penyelamat, memakai pelampung standar atau seadanya ialah menjauhi kapal yang akan tenggelam. Ingat, kapal yang sedang tenggelam akan menimbulkan  pusaran air  yang bisa menyedot kita masuk ke dalamnya.

Segera kembali ke posisi awal kapal saat kapal sudah benar-benar tenggelam sebab tim SAR biasanya akan mencari korban di titik terakhir yang terpantau. Bila terbawa arus ikuti saja.

Rakit penyelamat
Penderitaan kita berkurang 50% bila berhasil naik ke rakit penyelamat dalam suatu kecelakaan kapal. Rakit yang dirancang untuk 6-40 orang itu biasanya disimpan di dek dalam bentuk kapsul. Salah satu jenisnya bekerja secara otomatis. Begitu kapal tenggelam sampai kedalaman 1-4 meter, kapsul akan muncul ke atas merekah dan selama tak tertusuk benda tajam, rakit itu kuat dipakai selama 1 bulan di tengah laut.

Rakit penyelamat dilengkapi dayung, alat pancing, jangkar, senter, selimut penghangat, air minum, makanan kering dalam jumlah sesuai daya tamping standar 6-40 orang untuk tiga hari, atau sesuai standar lama dan jarak tempuh kapal.

Pelampung
Jenis pelampung ada dua. Jenis pertama dirancang untuk laut terbuka, mudah dipakai di laut berombak tinggi sekalipun, karena secara otomatis bisa membalikkan tubuh yang tertelungkup. Bentuknya bermacam-macam sesuai pabriknya, seperti jaket pelampung di pesawat terbang. Yang penting, bisa membantu bertahan hidup di air. Jenis kedua untuk perairan terbuka berjarak pelayaran dekat, misalnya feri antar pulau dengan waktu tempuh sekitar dua jam.

Hemat tenaga & Jaga suhu tubuh
Jangan coba-coba berenang ke suatu arah karena kita tak tahu di mana kita berada. Tenaga hatus dihemat agar suhu tubuh tetap terjaga. Di daerah tropis, saat angin Barat, suhu permukaan laut mencapai 24 oC, sementara pada saat normal berkisar 26-27 oC.

Stop minum air laut
Beruntung kalau kita berhasil naik rakit penyelamat. Sebab, rakit semacam itu biasanya dilengkapi air minum dan makanan serta survival kit. Untuk menghemat makanan dan minuman, lakukanlah penjatahan. Tapi ada juga cara lain, penumpang diminta berpuasa  pada hari pertama, karena tubuh masih punya cadangan air dan energy dari makanan dan minuman terakhir Bila mengalami salah satu tanda mulai kekurangan air tubuh seperti sakit kepala, minumlah.

Pengaturan penjatahan ini bertujuan agar cadangan makanan dan minuman bisa dihemat lebih lama hingga ditemukan tim penyelamat. Usahakan pula hanya mengonsumsi karbohidrat macam kue, karena proses pencernaannya hanya perlu sedikit air.  Hindari mengonsumsi protein seperti ikan, karena perlu banyak air hingga cadangan air tubuh akan cepat terkuras. Kalaupun terpaksa dikonsumsi, cukuplah dihisap atau diemut, lalu sepahnya dibuang.

Jangan minum air laut karena organ tubuh kita, terutama ginjal, tak bisa mengolah air berkadar garam tinggi. Bila ginjal rusak, akan mempercepat kematian. Bila turun hujan, tampunglah di tangan, topi, atau wadah lain yang sempat terbawa. Dengan cara ini, sejumlah korban ditemukan selamat. 

Bila terapung tanpa air minum dan makanan sama sekali, hal utama yang harus dilakukan ialah menghemat tenaga serta menjaga suhu tubuh tetap hangat selama mungkin.

Sekali lagi, agar bisa bertahan hidup dan selamat, tetaplah tenang, bersemangat, dan tak lupa berdoa !!!

No comments:

Post a Comment