Harus Siap Menerima Koreksi Anak - Pakdhe Heru

Monday, February 19, 2018

Harus Siap Menerima Koreksi Anak

Iklim dialogis dan keterbukaan perlu diciptakan di lingkungan keluarga. Ini diharapkan menjadi upaya mempersiapkan anak-anak untuk bisa berkomunikasi, sehingga mereka terlatih untuk bisa menerima dan mendengarkan orang lain. Kondisi ini harus didukung   dengan kesiapan orang tua menerima koreksi dari anak. Misalnya, jika anak mulai menunjukkan  sikap protes, bukan berarti anak kurang ajar atau menentang orang tua, melainkan merupakan ekspresi keinginannya untuk diperhatikan dan dihargai.

Sebab itu, orang tua demokratis perlu mendengarkan keluhan anak dan menghargai pendapatnya. Namun, tindakan yang tidak dianjurkan adalah melakukan penekanan terhadap anak untuk mengungkapkan emosi dan perasaannya. Sebab, sikap orang tua dalam menghadapi sesuatu akan berpengaruh terhadap sikap anak.
 


Keberanian bertanya dan mengemukakan pendapat sebagai bagian dari kehidupan demokrasi, harus dimulai dan keluarga. Bila seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang otoriter, kemungkinan ia tidak cukup berani bertanya dan berpendapat. Meski demikian, sekolah juga memiliki peluang untuk mendorong anak berani mengemukakan pendapat. Itu sangat tergantung pada kurikulum dan cara mengajarnya.

Namun, ada kecenderungan spontanitas untuk berkreasi belum berkembang karena guru dibebani harus begini dan begitu.  Padahal, otak kiri dan kanan harus berkembang secara seimbang. Anak seharusnya tidak hanya disuruh belajar dan menghafal tetapi dirangsang kreativitasnya agar mampu menemukan sesuatu.

Sistem pengajaran di Indonesia cenderung mengarahkan anak pada penguasaan teori dengan cara menghafal. Target pengajaran masih bertumpu pada penyampaian materi, sementara tentang bagaimana  cara belajar dan memecahkan persoalan, justru terabaikan. Karena tidak member peluang lebar bagi terciptanya komunikasi dialogis, keterbukaan, penalaran kritis dan berekspresi, maka system pengajaran tersebut dapat menghambat tumbuhnya jiwa demokratis anak didik.

No comments:

Post a Comment