Kiat Orang Jepang Menjalin Kerjasama Bisnis - Pakdhe Heru

Monday, February 26, 2018

Kiat Orang Jepang Menjalin Kerjasama Bisnis

Menjalin kerjasama bisnis dengan orang Jepang ternyata gampang-gampang susah. Para pengusaha besar Jepang umumnya lebih memilih hubungan kerjasama jangka panjang, sehingga perlu pengenalan lebih dekat, pengertian, dan kepercayaan yang tinggi.

Sebelum melakukan komunikasi lisan, perlu komunikasi tertulis, disertai informasi rinci tentang perusahaan calon mitra mereka. Bila hendak menawarkan barang atau jasa, informasi rincinya juga mesti disampaikan.

 
Sebelum kerja sama bisnis terjalin, status orang yang hendal dihubungi harus diketahui. Jika akan menemui seorang manajer, yang menghadap haruslah orang yang setingkat manajer. Ini bukan karena ego, tapi karena etiket, yang bersumber dari tradisi mereka.

Dalam pertemuan, semua orang yang hadir mesti diberi kartu nama. Bukan sekadar tanda perkenalan, tapi juga tanda hormat. Akan lebih menyakinkan jika kartu nama tertulis dalam dua bahasa, Jepang dan Inggris. Bila yang dihadapi berkedudukan lebih tinggi, kartu nama disampaikan dengan dua tangan sambil membungkukkan badan, umumnya dua atau tiga kali, sebagai tanda hormat.

Tata letak kursi pun ada aturannya. Untuk tamu, kursinya diletakkan di tempat yang jauh dari pintu.

Dalam pertemuan pertama, biasanya belum diputuskan hal-hal penting. Calon mitra kerja perlu mengikuti irama seperti itu. Bila dalam pertemuan tidak ada yang bicara, itu tandanya mereka sedang berpikir serius.

Dalam bernegosiasi perlu kesabaran dan ketelatenan. Setiap butir selalu dibahas secara rinci agar masing-masing pihak mempunyai persepsi yang sama.

Mereka menyukai upacara penandatanganan persetujuan kerja sama yang dibumbui dengan press release, saling senyum dan saling berjabat tangan. Karena yang diharapkan adalah hubungan kerja jangka panjang, baik kunjungan terus-menerus atau berkala amat diperlukan.

Mereka mengharap hubungan bisnis dilakukan dalam suasana persahabatan. Tanpa itu, perhatian mereka berangsur-angsur berkurang.

Sekadar tahu saja, umumnya manajemen Jepang dilakukan berdasarkan consensus yang melibatkan banyak orang dari berbagai tingkat hierarki. Maksudnya, keputusan yang diambik benar-benar bisa dipahami oleh tingkat-tingkat yang terlibat. Begitu keputusan diambil, mereka  secepatnya melaksanakan keputusan tersebut.

Mereka kurang menyukai sikap “flamboyant”. Kritik haruslah disampaikan secara halus. Sebaliknya, mereka sangat menghargai sikap pribadi tulus yang penuh integritas.

No comments:

Post a Comment